Kebutuhan Psikologi

Kebutuhan Psikososial

1. Pengertian Psikososial
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif (Mirzal Tawi, 2008).
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).
Ada Teori Psikososial oleh tokoh Erik H.Erikson, Asumsi:
1.      Perkembangan kepribadian manusia terjadi sepanjang rentang kehidupan 
2.      perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh interaksi sosial—hubungan dgn orang lain
3.      perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan seseorang mengatasi krisis yang terjadi pd setiap tahapan sepanjang rentang kehidupan. 
Stadium krisis psikososial hasil yang baik :
1.      Infancy (0-1 th) : Kepercayaan vs Ketidakpercayaan Kepercayaan dan optimisme 
2.      Early Childhood (1-3 th) : Otonomi vs Keraguan Pengendalian dan adekuasi diri 
3.      Preschool age (4-5 th) : Inisiatif vs Rasa Bersalah Kemampuan memulai aktivitas sendiri 
4.      School age (6-11 th) : Industri vs Inferioritas Kompetensi dlm kemampuan intelektual. Sosial dan fisik 
5.      Adolescence (10-12 th) : Identitas vs Kebingungan Identitas Citra diri yang terintegrasi sebagai pribadi unik
6.      Young adulthood (21-40th) : Intimasi vs Isolasi Kemampuan membentuk hubungan erat, komitmen karier 
7.      Adulthood (41-65 th) : Generativitas vs Menarik diri Perhatian terhadap keluarga, masy & generasi penerus
8.      Senescence (+65 th) : Integritas vs Putus Asa Puas dengan kehidupan, siap menghadapi kematian
Contoh masalah psikososial antara lain: 
1.      Psikotik gelandangan dan pemasungan , penderita ganguan jiwa.
2.      Masalah anak : anak jalanan dan penganiayaan anak.
3.      Masalah anak remaja : tawuran dan kenalan , penyalah gunaan narkotika dan psiko tropika.
4.      Masalah seksual : penyimpangan seksual , pelecehan seksual  dan eksploiitasi seksual , tindak kekerasan sosial , stres paska trauma.
5.      Masalah kesehatan kerja : kesehatan jiwa di tempat kerja , penurunan produktivitas di tempat kerja.
6.      HIV atau AIDS.
2. Status Emosi
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti. Kebutuhan interpersonal akan inklusi, control dan afeksi kadang saling tumpang tindih dan berkesinambungan.
1.      Kebutuhan akan inklusi
Merupakan kebutuhan untuk menetapkan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, kebutuhan inklusi dapat dipenuhi dengan memberi informasi dan menjawab semua pertanyaan, menjelaskan tanggung jawab perawat dalm memberi perawatan dan mengenali kebutuhan serta kesukaan pasien.
2.      Kebutuhan akan kontrol
Berhubungan dengan kebutuhan untuk menentukan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang lain dengan memperhatikan kekuasaan, pembuatan keputusan dan otoritas. 
Contoh: Saat orang melepaskan tanggung jawab pribadinya dan menjadi pasien yang sangat terikat dan tidak berdaya yang selalu meminta petunjuk dari semua orang mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dibalik prilaku itu tersembunyi ansietas, bermusuhan dan kurang percaya terhadap orang lain  atau diri sendiri. Intervensi keperawatan yang membantu pasien menerima tanggung jawab untum membuat keputusan mengenai perawatan pasien yang menunjang pemulihan control.
3.      Kebutuhan Afeksi
Seseorang membangun hubungan saling memberi dan saling menerima  berdasarkan saling menyukai. Afeksi diungkapkan dengan kata-kata cinta, suka, akrab secara emosional, pribadi, sahabat, dan intimasi.
Rentang Respon Emosional :
Respons Adaptif   
Respons Maladaptif                                                                          
Kepekaan Emosi
Reaksi berduka takterkomplikasi
Supresi emosi
Penundaan reaksi berduka
Depresi/mania
Pengertian:
a.       Kepekaan emosional
Respons emosional termasuk dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal sesorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya sendiri.
b.      Reaksi berduka takterkomplikasi
Terjadi sebagai respons terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilngan yang nyata serta terbenam dalam proses berdukanya.
c.       Supresi emosi
Mungkin tampak sebagai penyangkalan (denial) terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari keterikatandengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari dunia afektif seseorang.
d.      Penundaan reaksi berkabung
Ketidakadaan yang persisten respons emosional terhadap kehilangan . ini dapat terjadi pada awal proses berkabung dan menjadi nyata pada kemunduran proses, mulai terjadi atau keduanya. Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.
e.       Depresi atau melankolia
Suatu kesedihan atau perasaan berduka berkepanjangan. Dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda, gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit atau klinik.
f.       Mania
Ditandai dengan elevasi alam perasaan berkepanjangan dan mudah tersinggung.
3. Tahap Perkembangan Psikososial
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia adalah sebagai berikut:
1.      Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
a.       Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
b.      dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup
c.       bayi sangat tergantung dari pengasuhan.
d.      Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia
2.      Autonomy vs  Shame and Doubt  (otonomi vs malu dan ragu-ragu)
a.       Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
b.      Masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
c.       Latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting.
d.      Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
e.       Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
3.      Initiative vs Guilt ( inisiatif dan rasa bersalah)
a.       Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
b.      Masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.
c.       Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
d.      Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
e.       Rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
4.      Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
a.       Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
b.      Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
c.       Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun perasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
d.      Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
e.       Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru.
f.       Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
g.      Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
h.      Guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
5.      Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)            
a.       Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
b.      Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
c.       Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya.
d.      Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme.
e.       Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai.
f.       Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
g.      Bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
h.      Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
6.      Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
a.       Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
b.      Tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat & siap berkomitmen dg orang lain.
c.       Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
d.      Identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim.
e.       Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.
7.      Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
a.       Terjadi selama masa pertengahan dewasa
b.      Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
c.       Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia .
d.      Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.
8.      Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
a.       Terjadi selama masa akhir dewasa.
b.      cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
c.       Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
d.      Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa.
e.       Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
f.       Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.
4. Konsep Diri
Konsep diri didefinisikan sebagai cara seseorang berpikir tentang dirinya (misal cerdas, dungu, tinggi, pendek, lembut). Harga diri berhubungan dengan cara seseorang merasa tentang dirinya (misal baik, buruk, suka, tidak suka. Berkembang secara bertahap,  saat bayi mulai mengenal dan membedakan diri dengan orang lain.Pembentukan Konsep Diri dipengaruhi asuhan orang tua dan lingkungan.Konsep diri harus sehat agar tercapai aktualisasi diri
Komponen Konsep Diri :
1.      Body Image ( Citra tubuh)
v  Sikap terhadap tubuh secara sadar dan tidak sadar
v  Mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh dulu dan sekarang
2.      Ideal diri
v  Persepsi individu → bagaimana harus berprilaku sesuai standar prilaku.
v  Akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3.      Harga diri (HD)
v  Penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis → sejauh mana prilaku memenuhi ideal diri.
v  Sukses → HD tinggi, gagal → HD rendah
v  HD diperolah dari diri sendiri dan orang lain.
4.      Peran diri (PD).
v  Pola sikap, prilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
5.      Identitas Diri
v  Kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek dari KD sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Faktor yang mempengaruhi KD :
1.      Tingkat perkembangan dan kematangan
            Dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak
2.      Budaya
Usia anak → nilai diadopsi dari orang tua.
3.      Sumber eksternal dan internal
Eksternal → Dukungan masyarakat, ekonomi yang bagus.
Internal → humoris, agamis, berpendidikan
4.      Pengalaman sukses dan gagal → meningkatkan/menurunkan Konsep Diri
5.      Stresor
Stresor (perkawinan, pekerjaan baru, ujian, ketakutan, PHK, dll), jika koping tidak efektif → depresi, menarik diri dan kecemasan.
6.      Usia, keadaan sakit dan trauma → mempengaruhi persepsi diri
Kriteria Kepribadian sehat :
1.      Citra tubuh yang positif dan kuat
2.      ideal dan realitas
3.      Konsep diri yang positif
4.      Harga diri yang tinggi
5.      Kepuasan penampilan peran
6.      Identitas jelas.
Ciri konsep diri rendah (carpenito, 1995) :
1.      Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
2.      Tidak mau berkaca
3.      Menghindari diskusi tentan topic dirinya.
4.      Menolak usaha rehabilitasi.
5.      Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
6.      Menginglari perubahan pada dirinya.
7.      Peningkatan ketergantungan pada orang lain.
8.      Adanya tanda keresahan seperti marah, putus asa, menangis.
9.      Menolak berpartisipasi dalam perawatan diri.
10.  Tingkah laku merusak, seperti penggunaan narkoba.
11.  Menghindari kontak social.
12.  Kurang percaya diri.
5. Hak Klien
Ada 4 hak dasar klien seperti yang dikemukakan oleh John F. Kennedy (1962) 
yaitu : 
1.      Hak mendapat perlindungan keamanan 
2.      Hak mendapat informasi 
3.      Hak memilih
4.      Hak mendengar 
Selain itu ada beberapa kategori hak-hak beberapa klien menurut pengertian :
1.      Hak-Hak Klien antara lain :
a.       Hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil, memadai dan berkualitas.
b.      Hak untuk diberikan informasi.
c.       Hak untuk dilibatkan dalam pembuatab kreputusan tentang pengobatan dan perawatan.
d.      Hak untuk diberikan informed consent
e.       Hak untuk menolak suatu consent
f.       Hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong
g.      Hak untuk mempunyai pendapat
h.      Hak untuk diperlakukan secara hormat.
i.        Hak untuk kompensasi terhadap cidera yang tidak legal.
j.        Hak untuk memilih integrasi tubuh.
k.      Hak untuk kompensasi terhadadap cidera yang tidak legal.
l.        Hak untuk mempertahankan kemuliaan (dignitas).
2.      Hak-hak wanita hamil :
a.       Berhak memperoleh informasi tentang obat yang diberikan kepadanya dan pelaksanaan prosedur oleh petugas kesehatan yang merawatnya, terutama berkaitan dengan efek-efek yang mungkin terjadi secara langsung atau tidak langsung, resiko bahaya yang mungkin terjadi pada bayinya atau dirinya selama kehamilan, melahirkan dan laktasi.
b.      Berhak mendapatkan informasi tentang hal-hal yang menyangkut persiapan kelahiran dan cara-cara mengatasi ketidaknyamanan dan stress serta informasi sedini mungkin tentang penyakitnya.
c.       Mendapatkan informasi tentang obat-obatan yang diberikan kepadanya serta pengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap bayi yang dikandungnya,.
d.      Wanita hamil yang akan dioperasi besar sebaiknya diberi premedikasi sebelum operasi.
e.       Berhak mengetahui nama obat dan nama pabriknya bila diperlukan sehingga dapat memberikan keterangan kepada petugas kesehatan yang profesional bila terjadi reaksi terhadap pertumbuhan bayinya.
f.       Berhak unutk memperoleh informasi tentang pengaruh terhadap fisik.mental maupun neurologist terhadap pertumbuhan bayinya. 
g.      Berhak membuat keputusan tentang diterima atau tidaknya suatu terapi yang dianjurkan setelah mengetahui resiko yang akan terjadi pada dirinya tanpa tekanan dari pihak manapun. 
h.      Berhak mengetahui nama dan kualifikasi orang yang memberikan obat atau melakukan prosedur setelah melahirkan.
i.        Berhak memperoleh informasi tentang keuntungan suatu prosedur bagi bayi dan dirinya sesuai dengan indikasi medis
j.        Berhak didampingi oleh orang yang merawatnya selama dalam keadaan stress persalinan.
k.      Setelah melakukan konsultasi medis wanita hamil berhak untuk memilih posisi melahirkan yang tidak menimbulkan stress bagi dirinya dan bayinya.
l.        Berhak meminta perawatan bagi bayinya dilakukan satu kamar dengannya bila bayinya normal dan dapat memberi minum bayinya sesuai dengan kebutuhan dan bukan menurut aturan rumah sakit.
m.    Berhak mendapat informasi tentang orang yang menolong persalinannya seta kualifikasi profesionalnya untuk kepentingan surat keterangan kelahiran.
n.      Berhak untuk mendapatkan informasi tentang kondisi diri sendiri dan bayinya,.yang dapat menimbulkan masalah atau penyakit di kemudian harinya.
o.      Berhak atas dokumen lengkap tentang diri dan bayinya termasuk catatan perawat yang disimpan dalam kurun waktu tertentu. 
p.      Berhak menggunakan dokumen medis lengkap, termasuk catatan perawat dan bukti pembayaran selama dirawat di rumah sakit. 
6. Pengertian  Nyeri
Nyeri merupakan  kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan , bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap  orang dalam hal skala atau tindakannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi  rasa nyeri  yang dialaminya.
Berikut adalah pendapat beberapa ahli  mengenai pengertian nyeri, antara lain;
1.    Mc .Coffery (1979) mendefenisikan nyeri sebagai  suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberaadannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2.    Wolf Weifsel Feurst mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbukan ketegangan.
3.    Artur C. Curton (1983),  mengatakan bahwa nyeri  merupakan suatu mekanisme bagi tubuh. Timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individa tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan  nyeri.
4.    Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadi rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam  tubuh ke  otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.
6. Fisiologi Nyeri           
Munculnya nyeri sangat berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung syaraf sangat bebas yang memiliki sedikit myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ viseral , persendian, dinding arteri,  hati dan kandung empedu. Reseptor dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan.
7. Klasifikasi Nyeri  
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, antara lain; nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Sedangkan, nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, dan biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psikosomatik. Nyeri Menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, dan umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ visceral. Nyeri psikagenik  adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik dan biasanya timbul akibat  psikinilngis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan salah satu  ekstremitas diamputasi. Nyeri  neurnlogis adalah bentuk nyeri  yang  tajarn karena adanya spame di sepanjang atau di beberapa jalur syaraf.
Selain itu ada juga nyeri spesifik yaitu nyeri somatis, nyeri visera dan lain-lain. . Umumnya nyeri somatis dan nyeri visera bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit (surfisial), yaitu pada otot dan tulang. Perbedaan antara nyeri somatis dan nyeri visera yaitu :


Karakteristik
Nyeri Somatis

Nyeri Pisera
Superfisual
Dalam
Kualitas
Tajam, menusuk, dan membakar
Tajam, tumpul, dan nyeri kontinu
Tajam, tumpul, nyeri kontinu dan kejang
Menjalar
Tidak
Tidak
Ya
Stimulasi
Torehan, abrasi, terlalu panas dan dingin.
Torehan, panas, iskemis dan pergesersn tempat.
Distensi, iskemia, spasmus, iritasi kimiawi (tidak ada torehan)
Reaksi autonom
Tidak
Ya
Ya
Refleks Kontraksi Otot
Tidak
Ya
Ya

8. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat menoleransi menahan nyeri ( paintolerance) atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelu merasakan nyeri (painthreshold). Terdapat beberaapa jenis sstimulus nyeri, diantaranya  ;
1.    Trauma pada jaringan tubuh
2.    Ganguan jaringan tubuh
3.    Tumor
4.    Iskemia pada jaringan
5.    Spasme otot
9. Teori Nyeri
          Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya;
1.       Teori pemisahan (specificity theory). Menurut teori ini rangsangan sakit masuka ke medula spinalis (spinal cort) melalui  kornu dorsalis yang bersinaps da daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median kesisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris di tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2.       Teori pola (pattern theorye). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medula spinalis dan merangsang aktivitas sel. Hali ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang  ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri  serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan Persepsi nyeri. Persepsi di pengaruhi oleh  modalitas resspons dari reaksi sel.
3.       Teori Pengendalian Gerbang ( GATE CONTROL THEORYE ). Menurut teori ini, nyeri tergantung  dari kerja serat syaraf besar dan kecil . Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel  T  terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang ke korteks serebri. Hasil persepsi ini akan di kembalikan kedalam medula spinalis melalui serat eferen dan reaksi dan mempengaruhi  aktivitas sel  T . Rangsangan serat kecil akan menghambat aktivitas  sel  T yang seelanjutnya akan  menghantarkan rangsangan nyeri.
4.       Teori transmisi  dan inhibisi. Adanya stimulus pada neciceptor memulai transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls syaraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh  impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif.   
10.  Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada sesseorang  dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya;
1.    Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan sampai hampir sebagian arti nyeri  merupakan arti yang negatif. Seperti merusak, membahayakan dll. Keadaan ini di pengaruhi  oleh berbagai  faktor  seperti usia,  jenis kelamin, latar belakang sosial, lingkungan dan pengalaman.
2.    Persepsi nyeri
Merupakan penilaian sangat subyektif tempatnya  pada korteks. Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
3.      Toleransi  nyeri
Toleransi  ini erat hubunganya dengan adanya intensitas nyeri  yang dapat mempengaruhi  seseorang menahan nyeri.Faktor yang dapat mempengaruhi  peningkatan toleransi nyeri antara lain,  alkohol, obat-obatan  sedangkan faktor yang dapat menurunkan toleransi antara lain, kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak pernah hilang, sakit dll
4.      Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan  bentuk respons  seseorang terhadap nyeri seperti ketakutan, gelisah,  cemas, menangis dan menangis. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa  faktor seperti,   arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik, mental dll.
11. Definisi Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan ketika seseorang mengalami suatu kehilangan yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain sebagainya.
12. Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1.      Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
·         Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
·         Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
·         Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
·         Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
·         Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2.      Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
·         Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
·         Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
·         Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
·         Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
·         Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
3.      Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
4.      Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori:
·         Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
·         Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
·         Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
13. Jenis-jenis Berduka
Ada 5 jenis konsep berduka, yaitu :
1.      Berduka Normal
Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. Misal : kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara.
2.      Berduka Antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misal : ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan diri dengan berbagai urusan dunia sebelum ajalnya tiba.
3.      Berduka yang Rumit
Dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4.      Berduka Tertutup 
Kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Misal : kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua, ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
5.      Berduka Disfungsional
Suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/ kekacauan.
14. Tentang Respon Berduka
Menurut Kubler-Ross dalam Potter dan Perry (1997), respon berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut.
1.      Tahap Denial (Penyangkalan)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa tahun.
2.      Tahap Anger (Kemarahan)
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak berkompeten. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya.
3.      Tahap Bargaining (Tawar Menawar)
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4.      Tahap Depression (Depresi)
Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat menurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, dan lain-lain.
5.      Tahap Acceptance (Penerimaan)
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yg hilang akan mulai berkurang atau bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih pada objek yg baru. Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
15.Pengertian kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
16. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1.      Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
2.      Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3.      Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4.      Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
5.      Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

Komentar

Postingan Populer