PENDARAHAN PERVAGINNAM
2.1 Definisi Perdarahan Pervaginam Postpartum
Perdarahan
pervagina atau perdarahan post partum atau post partum hemorargi atau hemorargi
post partum (HPP)
adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia
setelah melahirkan.(Suherni, dkk. 2009 : 128)
Perdarahn
post partum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah
kala III persalinan selesai, hal ini setara dengan pengeluaran darah 1000ml
pada seksio sesaria, 1400ml pada histerektomi sesaria elektif, dan 3000-3500ml
untuk histerektomi sesaria darurat. (Gary Cunningham, dkk. 2006 : 704)
Perdarahan
postpartum adalah perdarahan 500 cc atau lebih setelah kala tiga selesai
(setelah plasenta lahir). Pengukuran darah yang keluar sukar untuk dilakukan
secara tepat. ( Sarwono Prawirohardjo, 2010 : 188)
Perdarahan
pasca persalinan (PPP) adalah perdarahan yang massif yang berasal dari tempat
implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya dan
merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil
ektopik dan abortus. (Sarwono Prawirohardjo, 2011: 522)
Perdarahan
post partum pada umumnya bila melebihi normal, apalagi telah menyebabkan
perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat
dingin, sesak nafas, serta tensi <90 mmHg dan nadi >100/menit), maka
penanganan harus segera dilakukan. (Sarwono
Prawirohardjo, 2011: 523)
Perdarahan
postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum
adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Menurut
waktu terjadinya perdarahan postpartum, dibagi atas dua bagian:
1. Perdarahan postpartum primer (early
postpartum hemorrhage) yang terjadi di dalam 24 jam setelah anak lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late
postpartum hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam dan 6 minggu setelah anaka
lahir. (Suherni, dkk. 2009 : 128)
Efek perdarahan terhadap ibu hamil
tergantung pada volume darah saat ibu hamil, seberapa tingkat hipervolemia yang
sudah dicapai dan kadar hemoglobin sebelumnya. Perdarahan post partum akan
mengganggu penyembuhan pada masa nifas, proses involusi, dan laktasi. Sifat
perdarahan pada post partum bias banyak, bergumpal-gumpal sampai menyebabkan
syok atau terus merembes sedikit demi sedikit tanpa henti. (Sarwono
Prawirohardjo, 2011: 523)
2.2 Gejala Yang Menunjukkan Perdarahan
Pervaginam Postpartum
Beberapa
gejala yang bisa menunjukkan perdarahan pervagina, antara lain:
1. Perdarahan yang tidak dapat
dikontrol.
2. Penurunan tekanan darah.
3. Peningkatan detak jantung.
4. Penurunan hitung sel darah merah
(hematocrit).
5. Pembengkakan dan nyeri pada jaringan
daerah vagina dan sekitar perineum.
Perdarahan hanyalah gejala,
penyebabnya haruslah diketahui dan ditatalaksana sesuai penyebabnya Perdarahan
postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam
waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa
perdarahan yang merembes perlahan-lahan tapi terjadi terus menerus sehingga
akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun jatuh kedalam syok
Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan
darah, nadi dan napas cepat, pucat, extremitas dingin, sampai terjadi syok.
2.1 Sebab – sebab Perdarahan Pervaginam Postpartum
Banyak faktor potensial yang dapat
menyebabkan hemorrhage postpartum, faktor faktor yang menyebabkan hemorrhage
postpartum antara lain :
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan
dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari
rahim. Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat-serat
myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah
pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak
dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan
lembek pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan
kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus.
Atonia uteri merupakan penyebab utama
perdarahan postpartum. Disamping menyebabkan kematian, perdarahan postpartum
memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita
berkurang. Perdarahan yang banyak bisa menyebabkan “ Sindroma Sheehan “ sebagai
akibat nekrosis pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi insufiensi bagian
tersebut dengan gejala : astenia, hipotensi, dengan anemia, turunnya berat
badan sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi
alat-alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme
dengan hipotensi, amenorea dan kehilangan fungsi laktasi.
Beberapa hal yang dapat mencetuskan
terjadinya atonia meliputi :
·
Manipulasi uterus yang berlebihan
·
General anestesi (pada persalinan
dengan operasi )
·
Uterus yang teregang berlebihan :
ü Kehamilan kembar
ü Fetal macrosomia ( berat janin antara 4500 – 5000 gram )
ü polyhydramnion
·
Kehamilan lewat waktu
·
Portus lama
·
Grande multipara ( fibrosis
otot-otot uterus )
·
Anestesi yang dalam
·
Infeksi uterus ( chorioamnionitis,
endomyometritis, septicemia )
·
Plasenta previa
·
Solutio plasenta
· Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemi,
atau menderita penyakit menahun
·
Myomauteri yang mengganggu kontraksi
rahim
·
Ada riwayat dengan atonia uteri
sebelumnya
Untuk melakukan
penapisan terhadap kemungkinan komplikasi atonia uteri, bidan perlu mengkaji
data yang relevan, yang meliputi:
a. Data
subjektif
o Masa hamil
· Umur pasien.
· Paritas
· Jarak kelahiran
anak
· Sosial-ekonomi
· Pekerjaan
(berat-ringannya aktivitas sehari-hari)
· Riwayat
kesehatan reproduksi
· Pola pemenuhan
kebutuhan nutrisi
· Keluhan yang
berhubungan dengan keadaan anemia defisiensi zat besi
o Dilanjutkan pada waktu in partu
· Semangat untuk
melahirkan bayinya
· Keluhan yang
berhubungan dengan kekuatan tubuh (vitalitas, keadaan umum)
· Perasaan capek,
pandangan mata berkunang-kunang
· Kontraksi yang
tidak teratur
b. Data
objektif
·
Mulai masa
hamil
o Keadaan umum
o Kesadaran
o Vital sign
o Tanda-tanda
anemia defisiensi zat besi (konjungtiva, warna kulit, warna ujung jari, kadar
Haemoglobin, dll)
o Satatus gizi
ibu hamil
o Kenaikan berat
badan
o DJJ
·
Dilanjutkan
pada waktu in partu
o Keadaan umum
o Hasil
pemantauan partograf (warning di
garis waspada)
o Proses
kelahiran plasenta (spontan, dengan eksplorasi, waktunya lahirnya plasenta,
apakah lebih dari 1 jam)
o Apakah
persalinan dengan pacuan uterotonika
Gejala dan
tanda syok berat:
1.
Nadi lemah dan
cepat (110 kali/menit atau lebih)
2.
Tekanan darah
sangat rendah; tekanan sistolik < 90 mmHg
3.
Napas cepat
dengan frekuensi 30 kali/menit atau lebih
4.
Urine kurang
dari 30 cc/jam
5.
Bingung,
gelisah, atau pingsan
6.
Berkeringat
atau kulit menjadi dingin dan basah
7.
Pucat
2. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan
dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir.
Penyebab retensio plasenta :
1.
Plasenta belum terlepas dari dinding
rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya, jenos
retensio plasenta dibedakan menjadi :
a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
b. Plasenta inkreta :
vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke
miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium
sampai ke serosa.
d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa
atau peritoneum dinding rahim.
e. Plasenta inkarserata : tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh kontraksi ostium uteri.
2. Plasenta sudah terlepas dari dinding
rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi
pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi
perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi
perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau
rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
Pengkajian yang harus dilakukan :
a.
Mulai masa
hamil
·
Data subjektif
o Paritas
o Umur
o Riwayat
persalinan sebelumnya
·
Data objektif
o Hasil pemeriksaan
ANC
b.
Dilanjutkan
dengan masa in partu
·
Data subjektif
o Pasien
mengatakan belum merasakan mules setelah bayinya lahir
·
Data objektif
o Perdarahan yang
terjadi sebelum plasenta lahir lengkap
o Uterus tidak berkontraksi
o Plasenta tidak
lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir
3. Inversio Uteri
Inversio uteri
ialah keadaan di mana bagian atas uterus (fundus uteri) masuk ke kavum uteri,
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri, bahkan ke
dalam vagina dengan dinding endometrium sebelah luar.
Keadaan inversi
ini pertama dikenal oleh Hippocrates (460-770 SM). Angka kejadiannya 1:5.000
sampai 1:20.000 persalinan. Walaupun jarang terjadi, komplikasi yang
disebabkannya cukup serius bila tidak segera diketahui dan ditatalaksana dengan
baik. Biasanya tidak sulit untuk mendiagnosis, yaitu adanya gejala syok berat,
perdarahan, tidak terabanya fundus uteri di bawah pusar, dan terabanya massa
yang lembek di vagina. Pada inversi yang menahun, massa yang diraba terasa
lebih keras.
Inversio dapat
terjadi pada masa nifas atau di luar nifas. Di luar masa nifas biasanya
parsial, dan sering dihubungkan dengan adanya tumor uterus. Sementara itu,
inversi yang terjadi waktu melahirkan dan pascapersalinan dapat terjadi akut.
Jenis inversio
uteri :
·
Inversio lokal : fundus uteri menonjol sedikit ke dalam kavum
uteri.
·
Inversio
parsial : bila tonjolan fundus
uteri hanya dalam kavum uteri.
·
Inversio
inkomplit : penonjolan sampai ke
kanalis servikalis
·
Inversi komplit : tonjolan sudah sampai oustium
uteri ekstrenum
·
Inversi total : tonjolan sudah mencapai
vagina atau keluar vagina
Inversi uteri biasanya terjadi pada saat kala III
persalinan atau sesudahnya. Tekanan yang dilakukan pada fundus uteri ketika
uterus tidak berkontraksi baik, tarikan pada tali pusat, hipotonia uteri dapat
merupakan awal masuknya fundus uteri ke dalam kavum uteri, dan dengan adanya
kontraksi yang berturut-turut, mendorong fundus yang terbalik ke bawah.
Inversio uteri dapat juga terjadi di luar persalinan, misalnya pada myoma
geburt yang sedang ditarik untuk ulahirkan.
Inversio uteri yang terjadi akut pada akhitr persalinan
menimbulkan gejala mengkhawatirkan, misalnya syok, nyeri keras, dan perdarahan.
Keadaan inversi ini sering akibat dari plasenta akreta. Pada inversi uteri yang
kronik gejala-gejalanya dapat berupa metrorgia, nyeri punggung, anemia, dan banyak
keputihan.
2.4 Penanganan Penyebab Perdarahan
Pervaginam postpartum
1.
Atonia Uteri
1) Kenali dan
tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
2) Sementara
lakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan kompresi bimanual.
3) Pastikan plasenta
lahir lengkap ( bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggal, lakukan
evakuasi sisa plasenta) dan tidak ada laserasi jalan lahir.
4) Berikan
transfusi darah bila diperlukan.
5) Lakukan uji
beku darah untuk konfirmasi sistem pembekuan darah.
6) Bila masih
terjadi perdarahan, lakukan tindakan spesifik, sebagai berikut:
v Pada fasilitas kesehatan dasar :
a.
Kompresi
Bimanual Eksternal ( KBE)
Menekan uterus
melalui dinding abdomen dengan jalan mendekatkan kedua belah telapak tangan yang
meliputi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang,
kompresi diteruskan, pertahankan sampai uterus dapat kembali berkontraksi atau
dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, lakukan kompresi
bimanual internal (KBI).
b.
Kompresi
Bimanual Internal (KBI)
Uterus ditekan
diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina
untuk menjepit pembuluh darah didalam miometrium ( sebagai pengganti mekanisme
kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila
perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali.
Apabila perdarahan tetap terjadi, cobakan kompresi aorta abdominalis.
c.
Kompresi Aorta
Abdominalis
Raba arteri
femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut. Genggam
tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu
badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat, akan
menghentikan atau mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi
dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.
v Pada rumah sakit rujukan
· Ligasi arteri uterina dan ovarika
· Histerektomi
( pada saat perjalanan rujukan, dampingi ibu dan teruskan
untuk melakukan KBE atau KBI untuk memberikan tekanan langsung pada pembuluh
darah dinding uterus dan merangsang miometrium agar berkontraksi).
2. Retensio Plasenta
1)
Jika plasenta
belum lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir maka ulangi pelaksanaan aktif
kala III dengan memberikan oksitosin IM dan teruskan penengangan tali pusat
terkendali dengan hati-hati. Teruskan lakukan pelaksanaan aktif kala III selama
15 menit dan jika plasenta masih belum lahir, lakukan penegangan tali pusat
terkendali untuk terakhir kalinya. Jika plasenta masih belum lahir juga dan ibu
tidak mengalami perdarahan hebat rujuk segera ke RS.
2)
Bila terjadi
perdarahan maka plasenta harus segera dilahirkan secara manual. Bila tidak
berhasil rujuk dengan segera.
3)
Berikan cairan
IV : NaCl 0,9 % atau RL dengan tetesan cepat jarum berlubang besar.
4)
Siapkan
peralatan untuk melakukan teknik manual plasenta yang harus dilakukan secar aseptic.
5)
Baringkan ibu
terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur (dorsal recumbent).
6)
Jelaskan pada
ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada, berikan Diaxepam 10 mg IM.
7)
Melakukan
teknik cuci tangan bedah, kemudian pakai sarung tangan bedah.
8)
Masukkan tangan
kanan dengan hati-hati, jaga agar jari tetap merapat dan melengkung mengikuti
tali pusat sampai mencapai plasenta (pegang tali pusat dengan tangan kiri untuk
membantu).
9)
Ketika tangan
sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri diatas fundus uteri agar uterus
tidak naik. Dengan tangan kanan yang masih didalam uteri, carilah tepi plasenta
yang terlepas, telapak tangan kanan mengahadap ke atas lalu lakukan gerakan
mengikis ke samping untuk melepaskan plasenta dari dinding uteri.
10)
Jika plasenta
sudah lahir segera lakukan masase
uterus, bila tidak ada kontraksi lakukan langkah penanganan pada atonia uteri.
11)
Periksa
plasenta dan selaputnya, jika tidak lengkap, periksa lagi cavum uteri dan keluarkan potongan plasenta yang tertinggal dengan
cara seperti di atas.
12)
Periksa robekan
vagina, kemudian jahit robekan.
13)
Jika tidak
yakin plasenta dapat lahir semua, rujuk ibu ke RS.
14)
Lakukan
dokumentasi tindakan dan obat yang telah diberikan.
3.
Inversio Uteri
Sebagai
tindakan pencegahan, dalam memimpin persalinan harus selalu waspada akan
kemungkinan terjadinya inversi, misalnya pada partus presipitatus, plasenta
manual, tarikan pada tali pusat, memijat-mijat pada uterus yang lembek. Pada
inversi uteri yang sudah uterjadi, sambil mengatasi syok, dilakukan reposisi
manual dalam narkose. Seluruh tangan kanan
dimasukkan ke dalam vagina, melingkari tumor dalam vagina dan telapak
tangan mendorong perlahan-lahan tumor ke atas melalui serviks yang masih
terbuka. Setelah reposisi berhasil, tangan dipertahankan sampai terasa uterus
berkontraksi dan kalau perlu dipasang tampon ke dalam kavum uteri dan vagina.
Tampon dilepas setelah 24 jam dan sebelumnya sudah diberi uterotonika. Reposisi
ini umunya tidak sulit. Pada inversio uteri menahun prosedur di atas tidak
dapat dilakukan karena lingkaran kontraksi pada ostium uteri eksternum sudah
mengecil dan menghalangi lewatnya korpus uteri yang terbaik. Dalam hal ini
perlu dilakukan operasi setelah infeksi diatasi. Tindakan operatif untuk
inversio uteri antara lain dapay dilakukan dengan operasi menurut Spinell,
menurut Haultin, dan Huntington. Dapat juga dilakukan histerektomi.
Pengertian
Keluar
cairan pervagianam bisa dikatakan keluarnya cairan amnion,sekret berupa
keputihan. Jika cairan yang keluar berupa cairan amnion disebut sebagai ketuban
pecah dini. Di mana Ketuban Pecah Dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang
dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu.
Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila
tidak berupa perdarahan banyak, air ketuban maupun keputihan (leukhore)yang
patologis. Penyebab terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum
waktunya. Insidensi ketuban pecah dini 10 % mendekati dari semua persalinan dan
4 % pada kehamilan kurang 34 mg.
Penyebabnya adalah serviks inkompeten,
ketegangan rahim berlebihan (kehamilan ganda, hidramnion), kelainan bawaan dari
selaput ketuban,dan infeksi. Penatalaksanaan : pertahankan kehamilan sampai
matur, pemberian kortikosteroid untuk kematangan paru janin, pada UK 24-32
minggu untuk janin tidak dapat diselamatkan perlu dipertimbangkan melakukan
induksi, pada UK aterm dianjurkan terminasi kehamilan dalam waktu 6 jam sampai
24 jam bila tidak ada his spontan.
2.2 Keluar cairan pervaginam
a. Batasan
1.
keluarnya cairan berupa air – air dari vagina pada trimester 3
2. ketuban di
nyatakan pecah dini jikaterjadi sebelum proses
persalinan berlangsung
3. pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu ) maupun pada kehamilan aterm
4. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala 1
atau awal kala
5. Persalinan. Bisa juga belum pecah saat mengedan
b. Deteksi Dini
Strategi
pada perawatan antenatal
1. Deteksi faktor resiko
2. Deteksi infeksi secara dini
3. USG : biometri
Trimester 1
: deteksi faktor resiko, aktifitas seksual, pH vagina, USG, darah rutin dan
urine
Trimester 2
dan 3 : hati hati pada keluhan nyeri abdomen, punggung, keram di daerah pelvis,
perdarahan pervaginam, diare,dan rasa mennekan di pelvis.
a. Pengumpulan data
Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada
dengan USG
Tanda Robeknya Amnion
• Cairan keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus-menerus melalui vagina.
• Biasanya berbau agak anyir, warnanya jernih, dan tidak kental.
• Gerakan janin menyebabkan perut ibu terasa nyeri.
• Cairan keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus-menerus melalui vagina.
• Biasanya berbau agak anyir, warnanya jernih, dan tidak kental.
• Gerakan janin menyebabkan perut ibu terasa nyeri.
Dampak
• Mengganggu kehidupan janin,
• Kondisi gawat janin.
• Janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih,
• Pertumbuhannya terhambat,
• Meninggal sebelum dilahirkan.
• Bayi berisiko tak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir.
• Terjadinya infeksi oleh kuman yang berasal dari bawah.
• Pada kehamilan lewat bulan : terjadi karena ukuran tubuh janin semakin besar.
• Menjaga kebersihan vagina
• Menjalani pola hidup sehat, terutama makan dengan asupan gizi berimbang.
Kelebihan Amnion
Terjadi karena ;
• Produksi air seni janin berlebihan.
• Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrosefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital.
• Ada sumbatan/penyempitan saluran cerna pada janin
• Mengganggu kehidupan janin,
• Kondisi gawat janin.
• Janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih,
• Pertumbuhannya terhambat,
• Meninggal sebelum dilahirkan.
• Bayi berisiko tak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir.
• Terjadinya infeksi oleh kuman yang berasal dari bawah.
• Pada kehamilan lewat bulan : terjadi karena ukuran tubuh janin semakin besar.
• Menjaga kebersihan vagina
• Menjalani pola hidup sehat, terutama makan dengan asupan gizi berimbang.
Kelebihan Amnion
Terjadi karena ;
• Produksi air seni janin berlebihan.
• Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrosefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital.
• Ada sumbatan/penyempitan saluran cerna pada janin
b. Pemeriksaaan
·
Dengan
pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar ( jumlah, warna , dan
bau) dan membedakan nya dengan urine .
·
Nilai apakah
cairan keluar melalui ostuium uteri atau terkumpul di forniks posterior
·
Tentukan ada
tidaknya infeksi
·
Tentukan
tanda tanda inpartu
Pemeriksaan
untuk memastikan keluarnya air ketuban dengan berbagai cara, yaitu:
1. Dengan lakmus
2. Makroskopis: bau amis, adanya lanugo, rambut, dan verniks kaseosa
1. Dengan lakmus
2. Makroskopis: bau amis, adanya lanugo, rambut, dan verniks kaseosa
bercampur
mekonaeum
3. Mikroskopis: lanugo dan rambut
4. Laboratorium: kadar urea (ureum) rendah dibanding dengan air kemih.
3. Mikroskopis: lanugo dan rambut
4. Laboratorium: kadar urea (ureum) rendah dibanding dengan air kemih.
c.
Konfirmasi diagnosis
·
Bau cairan
yang khas
·
Jika
keluarnya cairan sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai satu jam
kemudian
2.3 keluar
cairan sekret pervaginam
KEPUTIHAN
1. Keputihan Normal
Setiap pengeluaran cairan melalui vagina lebih dari normal dan bukan berupa darah.
• Salah satu gejala kanker serviks, dengan disertai darah.
• Normal : berwarna jernih, tidak berbau, tidak gatal, tidak dikeluhkan.
• Terjadi : saat menarche, ovulasi, keinginan seks meningkat, kehamilan, bayi baru lahir, sedang stress.
1. Keputihan Normal
Setiap pengeluaran cairan melalui vagina lebih dari normal dan bukan berupa darah.
• Salah satu gejala kanker serviks, dengan disertai darah.
• Normal : berwarna jernih, tidak berbau, tidak gatal, tidak dikeluhkan.
• Terjadi : saat menarche, ovulasi, keinginan seks meningkat, kehamilan, bayi baru lahir, sedang stress.
2. Keputihan Abnormal
• Berbau amis, apek, busuk, kadang bercampur darah, berwarna putih susu, kuning tua, coklat, kehijauan.
• Disertai infeksi kelamin lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
• Sering ditemukan luka, benjolan-benjolan
• Penderita biasanya mengeluhkan gatal, agak lengket, panas, nyeri saat buang air kecil.
Penyebab Keputihan
• Infeksi bakteri : Gonococcus, Chlamydia, Treponema pallidum, Gardenella.
• Infeksi jamur : Candida
• Infeksi parasit : Trichomonas vaginalis
• Infeksi virus : Herpes, Condyloma acuminata.
• Pemakaian antiseptic vagina yang terus menerus.
• Penurunan daya tahan tubuh: kurang gizi, sakit dalam waktu lama, anemia.
• Pemakaian kondom, KB, tisu wangi, parfum
• Penyakit ganas : tumor, kencing manis
• PMS :AIDS, Gonorrhoea,
• Kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Keputihan pada Kanker Kandungan
• Gejala : Perasaan tidak enak diperut bagian bawah, merasakan adanya benjolan pada perut bagian bawah, atau perut terasa semakin membesar/membuncit, disertai berat badan yang semakin menurun, nafsu makan yang berkurang, wajah, mata, bibir pucat akibat anemia.
• Haid menjadi tidak keluar sama sekali, lebih panjang, atau disertai rasa nyeri yang lebih dari biasanya.
Pencegahan
• Menjaga kebersihan vagina.
• Hindari pembilasan vagina yang terlalu mendalam.
• Mencuci tangan sebelum dan sesudah membasuh vagina.
• Pergantian pembalut dilakukan lebih sering pada saat menstruasi.
• Hindarkan segala pemakaian bahan kimia
• Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan.
• Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan.
• Menjaga kebersihan pasangan seksual.
Pengobatan
• Bakteri : diberikan antibiotik golongan metronidazole.
• Jamur : diberikan anti jamur.
• Trichomonas : diberikan anti trichomonas.
Cara Pengobatan
• Obat oral (diminum).
• Dimasukkan ke vagina.
Komentar
Posting Komentar